Kangaroo mother care (KMC), defined as skin-to-skin contact between a mother and her newborn, frequent and exclusive or nearly exclusive breastfeeding, and early discharge from hospital, has been proposed as an alternative to conventional neonatal care for low birthweight (LBW) infants (Conde-Agudello et all, 2000).
Manfaat Metode Kanguru
Secara klinis, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan. Bayi dapat tidur dengan nyenyak dan lama, lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya menjadi lebih cepat. Pertumbuhan dan perkembangan motorik pun menjadi lebih baik. Cara ini juga mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, serta mempersingkat masa perawatan secara keseluruhan. Bagi orang tua, hal ini turut menumbuhkan rasa percaya diri dan kepuasan bekerja. Perawatan bayi lekat atau metode kanguru ini sederhana, praktis, efektif, dan ekonomis, sehingga bisa dilakukan oleh setiap ibu atau pengganti ibu di rumah ataupun di Puskesmas, terutama dalam mencegah kematian BBLR (Luize, 2003).
Mekanisme Kerja Perawatan Metode Kanguru
Pada dasarnya mekanisme kerja Perawatan Metode Kanguru adalah sama seperti perawatan canggih dalam inkubator yang berfungsi sebagai termoregulator memberikan lingkungan yang termonetral bagi setiap neonatus melalui aliran panas konduksi dan radiasi. Lingkungan termoral adalah lingkungan suhu agar bayi dapat mempertahankan optimal (36,5-37,5 0C) dengan mengeluarkan energi/kalori yang minimal, terutama bagi BBLR yang persediaan atau sumber kalorinya sangat terbatas. Pengaliran panas melalui konduksi adalah identik kontak kulit ibu-bayi seperti dalam inkubator konduksi panas dari badan inkubator ke kulit bayi. Pengaliran panas melalui radiasi adalah udara hangat di dalam inkubator seperti udara hangat dalam/antara selimut/baju kanguru dan bayi. Proses hantaran panas tersebut berlangsung terus-menerus selama dibutuhkan oleh BBLR baik dalam inkubator maupun dalam Perawatan Metode Kanguru, oleh karena itu Perawatan Metode Kanguru hanya dikerjakan selama dibutuhkan oleh neonatus sampai bayi bisa mandiri tanpa harus dirawat dalam inkubator, yaitu sekitar BB mencapai 2500 gram. Sehingga Perawatan Metode Kanguru harus terus menerus dilakukan bergantian oleh bapak, ibu, tante dan neneknya (Usman,2001).
Metode dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan penggunaan Metode Kanguru menurut Perinasia meliputi :
1. Persiapan ibu.
a. Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali sehari.
b. Membesihkan kuku dan tangan
c. Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai
d. Selama pelaksanaan Metode Kanguru ibu tidak memakai BH
e. Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain
f. Memakai kain baju yang dapat direnggang
2. Persiapan bayi
a. Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
b. Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama penggunaan metode ini.
c. Posisi bayi vertikal ditengah payudara atau sedikit ke samping kanan/kiri sesuai dengan kenyamanan bayi serta ibu. Usahakan kulit bayi kontak langsung dengan kulit ibunya terus menerus.
d. Saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu
e. Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju, ikat kain selendang di sekeliling atau mengelilingi ibu dan bayi.
Prinsip metode ini adalah menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam inkubator dengan meniru kanguru. Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal (36,50C - 37,50C). Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung kulit bayi dengan secara terus-menerus. Bayi yang dapat bertahan dengan cara ini adalah yang keadaan umumnya baik, suhu tubuhnya stabil (36,50C - 37,50C), dan mampu menetek. Metode ini dihentikan jika bayi telah mencapai bobot badan minimal 2500 g dan suhu tubuh optimal 370C, dan bayi bisa menetek kuat.
Pelaksanaan Metode Kanguru dapat dilakukan pada waktu:
a. Segera setelah lahir
b. Sangat awal, setelah 10-15 menit
c. Awal, setelah umur 24 jam
d. Menengah, setelah 7 hari perawatan
e. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
f. Setelah keluar dari perawatan inkubator
Kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru adalah:
a. Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,50C -37,50C)
b. Kenaikan berat badan stabil
a. Produksi ASI adekuat
b. Bayi tumbuh dan berkembang optimal
c. Bayi dapat menetek kuat seperti normalnya
Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah
Pengertian
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C, 1980).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang menangani perawatan di rumah.
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah :
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien dan keluarganya,
Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan,
Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).
B. Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah :
Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama,
Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen,
Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan,
Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).
Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya,
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
• Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
• Klien dengan penyakit gagal jantung,
• Klien dengan gangguan oksigenasi,
• Klien dengan perlukaan kronis,
• Klien dengan diabetes,
• Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
• Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
• Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
• Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
• Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
• Klien dengan post partum,
• Klien dengan gangguan kesehatan mental,
• Klien dengan kondisi usia lanjut,
• Klien dengan kondisi terminal.
Posted by Be The Best at 2:59 AM
Tuesday, November 20, 2007
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :
1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan
HIV/AIDS).
Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui :
1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik
saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan
Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman. Teknik aseptik meliputi aspek :
1. Menggunakan perlengkapan pelindung pribadi
2. Antisepsis
3. Menjaga sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi.
Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Contoh tindakan tersebut adalah mencuci tangan secara teratur. Sterilisasi tidak dapat dilakukan pada kulit dan selaput lendir (mukosa).
Larutan antiseptik dan larutan desinfektan digunakan untuk tujuan berbeda. Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan hidup sehingga daya eliminasinya terhadap mikroorganisme tidak sekuat larutan desinfektan. Larutan desinfektan digunakan untuk dekontaminasi peralatan dan benda-benda yang digunakan dalam prosedur bedah.
Larutan antiseptik seperti alkohol, memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan agar memberikan efek yang optimal. Karena itu, penggunaan antiseptik tidak diperlukan untuk suatu tindakan kecil yang membutuhkan waktu segera (misalnya penyuntikan oksitosin secara intramuskuler selama penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat) asalkan peralatan yang digunakan sudah diproses hingga desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Larutan antiseptik berikut bisa diterima :
- Alkohol (60-90 %) : etil, isoprofil atau metil spiritus.
- Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbbagai konsentrasi : savlon.
- Klorheksidin glukonat (4%) : hibiscrub, hhibitane, hibiclens.
- Heksaklorofen (3%) : phisohex.
- Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksiilenol), berbagai konsentrasi : dettol.
- Iodine (1-3 %), larutan yang dicampur alkkohol atau encer (lugol) atau tinctur
(iodine dalam alkohol 70%). Iodine tidak boleh digunakan pada permukaan
mukosa seperti vagina.
- Iodofor. berbagai konsentrasi : betadine..
Klorheksidin glukonat dan iodofor merupakan antiseptik yang paling baik untuk digunakan pada mukosa. Persiapkan kulit atau jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang sudah dibasahi larutan antiseptik dengan gerakan memutar, bergerak melingkar dari tengah ke luar seperti spiral.
Larutan desinfektan berikut bisa diterima :
- Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan yang lebar dan DTT
peralatan).
- Glutaraldehida 2% (bisa digunakan untuk ddekontaminasi tetapi karena mahal
biasanya hanya digunakan untuk desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi kimiawi)
Jangan gunakan desinfektan dengan senyawa fenol untuk disinfeksi peralatan atau bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir karena membahayakan kondisi kesehatan bayi tersebut.
Antiseptik dan larutan desinfektan bisa juga terkontaminasi mikroorganisme, seperti stafilokokus, baksil gram negatif, atau beberapa macam endospora. Organisme-organisme tersebut bisa menyebabkan infeksi nosokomial berantai jika larutan yang terkontaminasi digunakan untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.
Cara mencegah kontaminasi larutan antiseptik dan larutan desinfektan :
- Hanya menggunakan air matang untuk mengenncerkan (jika pengenceran
diperlukan).
- Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat
menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah dari larutan
utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil).
- Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabbun dan air serta membiarkannya
kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu (tempelkan
label bertuliskan tanggal pengisian ulang).
- Menuangkan larutan antiseptik ke gulungann kapas atau kasa (jangan merendam
gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam
larutan antiseptik).
- Menyimpan larutan di tempat yang dingin ddan gelap.
Pemeliharaan sterilitas dengan jalan memisahkan benda-benda steril atau disinfeksi tingkat tinggi ("bersih") dari benda-benda yang terkontaminasi ("kotor"). Jika mungkin gunakan baju dan sarung tangan steril dan sediakan serta jaga lingkungan yang steril.
Sediakan dan pelihara daerah steril / desinfeksi tingkat tinggi :
- Gunakan kain steril.
- Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-benda ke
daerah yang steril / desinfeksi tingkat tinggi.
- Hanya benda-benda steril / desinfeksi tinngkat tinggi atau petugas dengan baju
yang sesuai, yang diperkenankan untuk memasuki daerah steril / desinfeksi
tingkat tinggi.
- Anggap benda apapun yang basah, terpotongg atau robek sebagai benda yang
terkontaminasi.
- Tempatkan daerah steril / desinfeksi tinggkat tinggi jauh dari pintu atau jendela.
- Cegah orang-orang yang tidak memakai saruung tangan desinfeksi tingkat tinggi
atau steril menyentuh peralatan yang ada di daerah steril.
Apabila persalinan dan kelahiran bayi terjadi di rumah maka terapkan prinsip menjaga daerah steril dengan menjauhkan benda-benda terkontaminasi atau kotor dari benda-benda bersih atau disinfeksi tingkat tinggi. Pastikan bahwa semua peralatan yang ada dalam partus set dan set jahit serta benda-benda lainnya yang mungkin kontak dengan jaringan di bawah kulit, telah didisinfeksi tingkat tinggi atau sedapat mungkin gunakan perlengkapan steril.
Update : 29 Desember 2005
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar